Festival Lagu Populer Indonesia - Semua mungkin udah tahu kalau musik Indonesia di era 80an memang sangat berwarna. Lengkap lengkip semua ada dan punya massa sendiri-sendiri. Dari yang cengeng menye-menye, yang kreatif progresif, yang keras menghentak, semua punya wakil dan icon masing-masing. Penyanyi yang muncul juga beragam. Dari yang suaranya seperti layang-layang putus tapi berwajah cantik, sampai yang suaranya dahsyat dengan wajah biasa-biasa saja semua ada.
Dari situasi musik Indonesia era 80an, ada yang tidak bisa dilepaskan yaitu menjamurnya lomba cipta lagu yang dikenal dengan embel-embel festival lagu. Ada banyak lomba semacam ini di era itu. yang paling besar dan bergengsi adalah FESTIVAL LAGU POPULER INDONESIA (FLPI). Ajang ini bergengsi karena merupakan ajang seleksi lagu yang akan mewakili Indonesia di ajang WORLD POP SONG FESTIVAL yang diadakan di BUDOKAN HALL, Tokyo, Jepang.
Festival-festival sejenis yang cukup bergengsi adalah FESTIVAL LAGU POPULER ASEAN (FLPA) yang merupakan ajang seleksi lagu untuk ajang ASEAN POP SONG FESTIVAL. Ada juga LOMBA CIPTA LAGU REMAJA (LCLR) yang dimotori Radio PRAMBORS, sebuah ajang yang meskipun tidak menjanjikan untuk dikirim ke festival luar negeri tetapi terbukti menjadi ‘kawah candradimuka’ bagi banyak musisi handal Indonesia.
Diluar itu, masih ada lagi LOMBA CIPTA LAGU PEMBANGUNAN, LOMBA CIPTA LAGU KEBERSIHAN, LOMBA CIPTA LAGU HUTAN, LOMBA CIPTA LAGU DANGDUT, bahkan FESTIVAL LAGU POP MINANG. Sungguh ‘beruntung’ para komposer di era 80an karena punya ajang yang bisa menyalurkan kemampuan mereka, bukan sekedar sisi komersial tetapi juga nilai estetika sebuah lagu.
Bakalan panjaaaaang banget kalo kita bahas semua festival itu. maka, kita fokuskan saja untuk membahas ajang terbesar dan terlama dari semua festival-festival itu. Ya, benar… FESTIVAL LAGU POPULER INDONESIA (FLPI). Ajang ini memang sudah dimulai sejak tahun 1973, tapi sepertinya di era 80an-lah ajang ini mencapai masa keemasannya. Di era ini, lagu-lagu jebolan FLPI melesat menjadi hits besar yang bahkan masih dinyanyikan orang sampai hari ini. Bukan hanya lagu-lagu pemenang yang menjadi hits, lagu-lagu yang masuk final juga banyak yang meraih sukses.
Ajang ini juga menjadi semacam ajang pembuktian penyanyi-penyanyi hebat. Maklum, pemenang ajang ini secara rutin dikirimkan ke festival lagu internasional, sehingga tidak heran, menjadi penyanyi yang membawakan lagu-lagu finalis sudah merupakan prestise tersendiri karena tidak semua penyanyi bisa terlibat di ajang ini. Jadi tidak heran, sederet penyanyi hebat yang terlibat adalah sekelas VINA PANDUWINATA, HARVEY MALAIHOLLO, HETTY KOES ENDANG, ANDI MERIEM MATTALATTA, ELFA’S SINGERS, GERONIMO, BOB TUTUPOLY, ACHMAD ALBAR, EUIS DARLIAH, TITIEK PUSPA, GRACE SIMON, RUTH SAHANAYA, TRIE UTAMI, UTHA LIKUMAHUWA dan sederet nama hebat lainnya.
Di era 70an, Indonesia pernah meraih sukses di ajang festival lagu internasional yang diadakan di Tokyo, ketika lagu pemenang kedua FLPI 1977 DAMAI TAPI GERSANG ciptaan ADJIE BANDI berhasil menjadi juara pertama di ajang itu. Nampaknya sukses itu membuat ajang FLPI menjadi ajang yang dinantikan oleh para komposer dan penyanyi Indonesia untuk bisa meraih sukses yang sama. Maka di era 80an sederet komposerpun berlomba-lomba menampilkan karya terbaiknya di ajang ini. Dan entah disengaja atau memang lagu-lagu mereka memang lebih unggul, deretan finalis dari tahun ke tahun selalu berkisar dari itu ke itu saja seperti ELFA SECIORIA, WIEKE GUR, TITIK HAMZAH, YOVIE WIDIANTO, ANTON ISSOEDIBYO, GURUH SOEKARNO PUTRA, TARIDA HUTAURUK, MINGGUS TAHITOE dan beberapa nama lain.
Yang khas dari festival ini adalah lagu-lagunya. Embel-embel ‘festival’ rupanya membuat lagu-lagu yang ditampilkan menjadi berbeda dengan lagu-lagu pop yang biasa beredar di pasaran. Inilah yang membedakan FLPI dengan Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) yang juga eksis saat itu. Lagu-lagu jebolan LCLR terdengar lebih ‘bebas’ berekspresi, sementara di FLPI, lagu-lagunya (terutama yang menjadi pemenang) biasanya punya patron yang sama : melodinya lebih rumit dibandingkan lagu-lagu pop biasa, dan membutuhkan penyanyi dengan penguasaan vokal yang kuat untuk membawakannya. Liriknya juga tidak sembarangan, puitis tapi tidak bombastis. Satu lagi yang khas, aransemen lagu-lagunya selalu grande dalam format orkestrasi.
Dalam penyelenggaraan setiap tahunnya, lagu-lagu finalis selalu diperkenalkan di TVRI dalam sebuah acara khusus. Dan tentu saja, penyelenggaraan malam finalnya juga selalu direlay oleh TVRI sehingga otomatis dilihat oleh seluruh masyarakat Indonesia. Ya iya lahhh… stasiun TV cuma satu-satunya. Mungkin inilah yang membuat lagu-lagu hasil FLPI meskipun terdengar lebih berat dibandingkan lagu-lagu pop komersial saat itu, justru bisa eksis dan menjadi hits ketika dirilis di pasaran.
Meskipun ajang ini adalah ajang yang bagus dan dinanti-nanti. Sayangnya memasuki era 90an, FLPI lenyap dari peredaraan. FLPI tahun 1991 adalah penyelenggaraan terakhir ajang ini. Konon salahsatu alasannya adalah karena ajang internasional WORLD POP SONG FESTIVAL yang diadakan di BUDOKAN HALL, TOKYO, JEPANG, sudah tidak diadakan lagi sejak tahun 1988, sehingga penyelenggaraan FLPI dinilai kurang greget karena maksud diadakannya festival ini memang sekaligus sebagai seleksi untuk mengikuti ajang internasional itu. Sayang ya… :(
Oke, cing… karena kita ngomongin era 80an, berikut ini kita simak perjalanan FLPI dari tahun 1980 sampai 1989 saja.
(Tahun 80)
Dari situasi musik Indonesia era 80an, ada yang tidak bisa dilepaskan yaitu menjamurnya lomba cipta lagu yang dikenal dengan embel-embel festival lagu. Ada banyak lomba semacam ini di era itu. yang paling besar dan bergengsi adalah FESTIVAL LAGU POPULER INDONESIA (FLPI). Ajang ini bergengsi karena merupakan ajang seleksi lagu yang akan mewakili Indonesia di ajang WORLD POP SONG FESTIVAL yang diadakan di BUDOKAN HALL, Tokyo, Jepang.
Festival-festival sejenis yang cukup bergengsi adalah FESTIVAL LAGU POPULER ASEAN (FLPA) yang merupakan ajang seleksi lagu untuk ajang ASEAN POP SONG FESTIVAL. Ada juga LOMBA CIPTA LAGU REMAJA (LCLR) yang dimotori Radio PRAMBORS, sebuah ajang yang meskipun tidak menjanjikan untuk dikirim ke festival luar negeri tetapi terbukti menjadi ‘kawah candradimuka’ bagi banyak musisi handal Indonesia.
Diluar itu, masih ada lagi LOMBA CIPTA LAGU PEMBANGUNAN, LOMBA CIPTA LAGU KEBERSIHAN, LOMBA CIPTA LAGU HUTAN, LOMBA CIPTA LAGU DANGDUT, bahkan FESTIVAL LAGU POP MINANG. Sungguh ‘beruntung’ para komposer di era 80an karena punya ajang yang bisa menyalurkan kemampuan mereka, bukan sekedar sisi komersial tetapi juga nilai estetika sebuah lagu.
Bakalan panjaaaaang banget kalo kita bahas semua festival itu. maka, kita fokuskan saja untuk membahas ajang terbesar dan terlama dari semua festival-festival itu. Ya, benar… FESTIVAL LAGU POPULER INDONESIA (FLPI). Ajang ini memang sudah dimulai sejak tahun 1973, tapi sepertinya di era 80an-lah ajang ini mencapai masa keemasannya. Di era ini, lagu-lagu jebolan FLPI melesat menjadi hits besar yang bahkan masih dinyanyikan orang sampai hari ini. Bukan hanya lagu-lagu pemenang yang menjadi hits, lagu-lagu yang masuk final juga banyak yang meraih sukses.
Ajang ini juga menjadi semacam ajang pembuktian penyanyi-penyanyi hebat. Maklum, pemenang ajang ini secara rutin dikirimkan ke festival lagu internasional, sehingga tidak heran, menjadi penyanyi yang membawakan lagu-lagu finalis sudah merupakan prestise tersendiri karena tidak semua penyanyi bisa terlibat di ajang ini. Jadi tidak heran, sederet penyanyi hebat yang terlibat adalah sekelas VINA PANDUWINATA, HARVEY MALAIHOLLO, HETTY KOES ENDANG, ANDI MERIEM MATTALATTA, ELFA’S SINGERS, GERONIMO, BOB TUTUPOLY, ACHMAD ALBAR, EUIS DARLIAH, TITIEK PUSPA, GRACE SIMON, RUTH SAHANAYA, TRIE UTAMI, UTHA LIKUMAHUWA dan sederet nama hebat lainnya.
Di era 70an, Indonesia pernah meraih sukses di ajang festival lagu internasional yang diadakan di Tokyo, ketika lagu pemenang kedua FLPI 1977 DAMAI TAPI GERSANG ciptaan ADJIE BANDI berhasil menjadi juara pertama di ajang itu. Nampaknya sukses itu membuat ajang FLPI menjadi ajang yang dinantikan oleh para komposer dan penyanyi Indonesia untuk bisa meraih sukses yang sama. Maka di era 80an sederet komposerpun berlomba-lomba menampilkan karya terbaiknya di ajang ini. Dan entah disengaja atau memang lagu-lagu mereka memang lebih unggul, deretan finalis dari tahun ke tahun selalu berkisar dari itu ke itu saja seperti ELFA SECIORIA, WIEKE GUR, TITIK HAMZAH, YOVIE WIDIANTO, ANTON ISSOEDIBYO, GURUH SOEKARNO PUTRA, TARIDA HUTAURUK, MINGGUS TAHITOE dan beberapa nama lain.
Yang khas dari festival ini adalah lagu-lagunya. Embel-embel ‘festival’ rupanya membuat lagu-lagu yang ditampilkan menjadi berbeda dengan lagu-lagu pop yang biasa beredar di pasaran. Inilah yang membedakan FLPI dengan Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) yang juga eksis saat itu. Lagu-lagu jebolan LCLR terdengar lebih ‘bebas’ berekspresi, sementara di FLPI, lagu-lagunya (terutama yang menjadi pemenang) biasanya punya patron yang sama : melodinya lebih rumit dibandingkan lagu-lagu pop biasa, dan membutuhkan penyanyi dengan penguasaan vokal yang kuat untuk membawakannya. Liriknya juga tidak sembarangan, puitis tapi tidak bombastis. Satu lagi yang khas, aransemen lagu-lagunya selalu grande dalam format orkestrasi.
Dalam penyelenggaraan setiap tahunnya, lagu-lagu finalis selalu diperkenalkan di TVRI dalam sebuah acara khusus. Dan tentu saja, penyelenggaraan malam finalnya juga selalu direlay oleh TVRI sehingga otomatis dilihat oleh seluruh masyarakat Indonesia. Ya iya lahhh… stasiun TV cuma satu-satunya. Mungkin inilah yang membuat lagu-lagu hasil FLPI meskipun terdengar lebih berat dibandingkan lagu-lagu pop komersial saat itu, justru bisa eksis dan menjadi hits ketika dirilis di pasaran.
Meskipun ajang ini adalah ajang yang bagus dan dinanti-nanti. Sayangnya memasuki era 90an, FLPI lenyap dari peredaraan. FLPI tahun 1991 adalah penyelenggaraan terakhir ajang ini. Konon salahsatu alasannya adalah karena ajang internasional WORLD POP SONG FESTIVAL yang diadakan di BUDOKAN HALL, TOKYO, JEPANG, sudah tidak diadakan lagi sejak tahun 1988, sehingga penyelenggaraan FLPI dinilai kurang greget karena maksud diadakannya festival ini memang sekaligus sebagai seleksi untuk mengikuti ajang internasional itu. Sayang ya… :(
Oke, cing… karena kita ngomongin era 80an, berikut ini kita simak perjalanan FLPI dari tahun 1980 sampai 1989 saja.
(Tahun 80)
HALAMAN SELANJUTNYA:
Hello Users! Is it true that you are getting trouble related with lost reinforcement issues in your Blockchain? On the off chance that indeed, you don't need to stress at all as the experts are working nonstop to encourage you. You can get in touch with them by dialing 24*7 reachable Blockchain Customer Service Number and get every one of your inquiries settled by faultless arrangements and systems. You don't need to pay for this important administration. Our pros are extremely capable in finding the best answers for your concern.
BalasHapusAre you searching for a best cosmetics foundation to begin a vocation as independent wedding cosmetics craftsman in Delhi, consider Maryam Ahmadi best bridal makeup in delhi, the establishment serves the best educational modules to take care of business your profession and makes them flawless to convey the best cosmetics to their customers.
BalasHapus